Rabu, 15 Oktober 2025
Benjamin Netanyahu
Benjamin Netanyahu, Tegaskan Ingin Lanjutkan Serangan Militer

Benjamin Netanyahu, Tegaskan Ingin Lanjutkan Serangan Militer

Benjamin Netanyahu, Tegaskan Ingin Lanjutkan Serangan Militer

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Benjamin Netanyahu
Benjamin Netanyahu, Tegaskan Ingin Lanjutkan Serangan Militer

Benjamin Netanyahu Dalam Kesempatan Terakhir Menegaskan Komitmennya Untuk Melanjutkan Operasi Militer Terhadap Kelompok Hamas Di Gaza. Pernyataan ini muncul terutama setelah Hamas menolak beberapa tuntutan penting terkait pembebasan sandera dan demiliterisasi Gaza. Netanyahu menyebut bahwa “negosiasi hanya akan di lakukan di bawah tekanan militer”.

Salah satu langkah strategis yang sudah di jalankan adalah pembentukan Koridor Keamanan Morag (Morag Corridor) di Gaza selatan. Koridor ini berfungsi sebagai zona keamanan yang memisahkan wilayah Rafah dari bagian pusat Gaza. Tujuannya adalah untuk meningkatkan tekanan terhadap Hamas, yang diklaim harus menyerahkan kendali wilayah dan melepaskan sandera yang masih di tahan.

Di forum internasional, Benjamin Netanyahu menggunakan pidatonya di sidang Majelis Umum PBB untuk mempertegas tekadnya. Ia mengatakan bahwa Israel “harus menyelesaikan pekerjaan” terhadap Hamas, yang menurut dia adalah inti dari upaya mempertahankan keamanan nasional. Pernyataannya ini mendapat kecaman dari banyak negara yang menyebut bahwa pendekatan militer terus-menerus memperparah situasi kemanusiaan di Gaza.

Pengamat internasional memperkirakan bahwa operasi lebih lanjut akan melibatkan perluasan aksi militer udara, serangan terhadap infrastruktur bawah tanah Hamas seperti terowongan, serta peningkatan peran darat di beberapa wilayah Gaza, khususnya kota-kota yang menjadi basis kekuatan Hamas. Namun demikian, risiko eskalasi konflik terhadap warga sipil, kerusakan infrastruktur, dan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk menjadi kekhawatiran besar.

Lebih jauh, tekanan diplomatik terhadap Israel juga meningkat. Beberapa negara menyerukan penghentian operasi militer, menyuarakan keprihatinan tentang korban sipil, dan mendesak dialog damai dengan solusi dua negara. Namun Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya tampak tetap pada garis keras; bahwa keamanan Israel dan pelepasan sandera adalah prasyarat bagi setiap pembicaraan lebih jauh.

Awal Penyebab Benjamin Netanyahu Ingin Menyerang Hamas Dan Memperluas Operasi Di Gaza

Awal Penyebab Benjamin Netanyahu Ingin Menyerang Hamas Dan Memperluas Operasi Di Gaza punya beberapa faktor utama yang saling terkait. Berikut uraian berdasarkan laporan media dan analisis para pengamat:

Faktor Pemicu Utama

  1. Serangan Hamas 7 Oktober 2023

Semua momentum eskalasi ini bermula dari serangan Hamas dan kelompok militan lainnya pada 7 Oktober 2023 ke wilayah Israel. Dalam serangan tersebut, ribuan warga Israel tewas atau di culik, yang kemudian memicu keinginan kuat dari pemerintahan Netanyahu untuk membalas dan menghancurkan kapasitas militer Hamas.

  1. Kewaspadaan Keamanan & Penahanan Sandera

Setelah peristiwa penculikan warga dan sandera, Netanyahu dan pemerintah Israel menyatakan bahwa Hamas harus di balas sebagai respons terhadap ancaman keamanan terus-menerus serta untuk membebaskan sandera.

  1. Hubungan Politik Internal & Legitimasi Pemerintahan

Beberapa pengamat menyebut bahwa tekanan politik dalam negeri turut mempengaruhi keputusan untuk melancarkan operasi militer lebih agresif. Netanyahu menghadapi persoalan keamanan publik, kritik atas kegagalan intelijen, dan juga tantangan hukum dalam negeri. Ada analisis bahwa melanjutkan konflik memberi tekanan eksternal dan internal yang bisa di gunakan untuk memperkuat posisinya di dalam negeri.

  1. Tuntutan Internasional & Negosiasi yang Tak Setuju
    Ada beberapa usaha perantara (neraka lewat mediator seperti Amerika Serikat, Qatar, Mesir, dsb) untuk menengahi gencatan senjata atau pertukaran sandera. Namun ketika Hamas di klaim menolak beberapa tawaran pembebasan sandera atau penyerahan senjata, Netanyahu menyatakan bahwa negosiasi hanya bisa di lakukan “di bawah tekanan militer”. Ini menjadi justifikasi lagi untuk melanjutkan operasi ofensif
  2. Visi Pasca-Perang & Keamanan Jangka Panjang

Netanyahu juga mempunyai visi untuk memperluas kontrol keamanan atas Gaza setelah operasi militer; membongkar infrastruktur militer Hamas, mencegah mereka membangun kembali kekuatan militer mereka, dan menciptakan zona keamanan yang mengurangi ancaman ke Israel di masa depan. Ia pernah mengatakan bahwa Israel berniat “mengambil alih” kontrol keamanan di Gaza agar keamanan terjamin.

Respon Dari Hamas Dan Pemangku Kepentingan Palestina

Berikut rangkuman respon dari Gaza, khususnya dari Hamas dan pihak terkait, terhadap ancaman atau serangan Netanyahu terhadap Hamas di Gaza. Respon Dari Hamas Dan Pemangku Kepentingan Palestina:

  1. Penolakan terhadap ancaman dan ultimatum

Hamas secara tegas menolak segala ancaman Israel untuk melanjutkan atau memperluas operasi militer di Gaza. Mereka menyatakan bahwa intimidasi seperti itu tidak akan berhasil memaksa mereka menyerah.
Misalnya, mereka mengatakan bahwa ancaman melanjutkan perang oleh Israel “tidak akan bekerja” dan bahwa mereka tetap berkomitmen terhadap perjanjian gencatan senjata yang sudah ada

  1. Seruan supaya perjanjian gencatan senjata ditepati

Hamas menekankan bahwa Israel belum melaksanakan secara penuh tahap kedua dari perjanjian gencatan senjata dan pertukaran sandera. Mereka menuduh bahwa Israel sengaja menunda-nunda agar tidak melanjutkan fase selanjutnya dari perjanjian.
Dengan demikian, Hamas mendesak agar negosiasi di lanjutkan dan ketentuan yang sudah di sepakati di laksanakan.

  1. Peringatan tentang keselamatan sandera

Hamas juga memperingatkan bahwa setiap eskalasi militer yang berlanjut akan membahayakan para sandera yang masih di tahan di wilayah Gaza. Mereka menyuarakan keprihatinan bahwa operasi militer yang di perluas bisa menyebabkan korban jiwa di kalangan sandera.

  1. Kritik terhadap pihak internasional dan peran mediator

Pihak Hamas kadang menyebut bahwa tekanan dari pihak seperti Amerika Serikat atau Israel melalui ancaman diplomatik dan militer justru digunakan untuk membenarkan pelanggaran perjanjian yang telah ada. Mereka menegaskan bahwa solusi damai hanya bisa dicapai jika ada jaminan bahwa perjanjian dipenuhi secara adil oleh semua pihak.

Respon Dunia Terhadap Pernyataan Dan Tindakan Netanyahu

Berikut rangkuman Respon Dunia Terhadap Pernyataan Dan Tindakan Netanyahu terkait serangan terhadap Hamas di Gaza:

Respon Internasional Terhadap Netanyahu

  1. PBB & Badan HAM

Sekjen PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatinan mendalam atas rencana Israel untuk mengambil alih dan menguasai Gaza City, menyebutnya sebagai eskalasi yang bisa memperparah krisis kemanusiaan. Volker Türk, Komisaris Tinggi HAM PBB, mengingatkan bahwa tindakan militer yang penuh dampak terhadap warga sipil bertentangan dengan hukum humaniter internasional dan keputusan Pengadilan Internasional.

  1. Negara-Negara Barat & Uni Eropa

Beberapa negara tradisional sekutu Israel seperti Inggris, Jerman, Prancis, dan negara-negara Eropa lainnya mengeluarkan kecaman keras terhadap serangan dan rencana Netanyahu. Terutama terkait gagasan mengambil alih Gaza City dan kemungkinan pemindahan penduduk sipil. Germany khususnya menyebut bahwa penderitaan warga sipil “tidak bisa lagi dibenarkan.”

  1. Negara Arab & Dunia Isla

Negara-negara Arab mengkritik Netanyahu dengan memakai istilah-istilah seperti “genosida baru” dalam beberapa pernyataan terhadap rencana militer Israel di Gaza. Misalnya, Kuwait, Aljazair, dan negara-negara GCC lainnya mengutuk keras dampak serangan terhadap warga sipil.

  1. Seruan untuk Gencatan Senjata dan Penghentian Kekerasan

Banyak negara dan organisasi internasional mendesak agar gencatan senjata segera di tegakkan dan agar akses bantuan kemanusiaan di perluas. Ada tekanan luas agar Israel mengambil langkah yang lebih proporsional dan mematuhi hukum internasional dalam operasi militernya.

  1. Pengakuan Negara Palestina dan Dukungan Diplomatik yang Meningkat

Sebagai tanggapan atas krisis di Gaza dan sikap Israel, sejumlah negara Barat telah atau sedang mempertimbangkan pengakuan resmi terhadap Negara Palestina. Adam Guterres dan PBB menekankan bahwa solusi dua negara tetap dianggap sebagai satu-satunya jalan damai yang berkelanjutan Benjamin Netanyahu.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait